Selasa, 24 Mei 2011

Tahura Nipa-Nipa sebagai paru-paru & Penyangga Lingkungan Kota - Teluk Kendari & Kab. Konawe Prov. Sultra


TAMAN HUTAN RAYA NIPA-NIPA SEBAGAI PARU-PARU & PENYANGGA LINGKUNGAN KOTA - TELUK KENDARI & KAB. KONAWE
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Oleh :  Rustam  BR, SP.,MP*

DARI “MURHUM” – JADI “NIPA-NIPA”
Sebagian besar yang mengenal Tahura Nipa-Nipa, masih menyebutnya dengan nama Murhum.  Sebutan ini, dapat dimaklumi karena Tahura Nipa-Nipa sejak tahun 1995 Kawasan Gunung Nipa-Nipa bernama “MURHUM”, yakni pada saat Penunjukan Kawasan hutan Gunung Nipa-Nipa Seluas ± 8.146 Ha Yang Terletak Di Kabupaten Daerah Tingkat II Kendari, Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara Sebagai Taman Hutan Raya Dengan Nama Taman Hutan Raya Murhum (Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 289/Kpts-II/95 tanggal 12 Juni 1995).    

Selanjutnya pada tahun 1999, Tahura Murhum ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Tetap seluas 7.877,5 Ha (Keputusan Menteri Kehutanan No. 103/Kpts-II/1999 tanggal 1 Maret 1999).

Murhum adalah nama Raja Buton terakhir dan juga nama Sultan Buton pertama (peralihan dari sistem kerajaan menjadi kesultanan ) sebagai kehormatan pada raja dan sultan yang pernah berkuasa di wilayah maka diabadikan namanya pada Tahura ini ( Tahura Murhum ), hal ini sejalan dengan pemberian nama Tahura di Provinsi lain yaitu sesuai ketentuan saat itu bahwa pemberian nama Tahura adalah nama Tokoh maupun Pejuang dari Provinsi yang bersangkutan, misalnya Tahura Juanda di Provinsi Jawa Barat, Tahura Wan Abdul Rahman di Provinsi Lampung.

Mengapa sekarang berubah menjadi Tahura Nipa-Nipa yang sebenarnya adalah nama tumbuhan ? perubahan nama ini terjadi, atas usul dan saran anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara pada saat pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Tahura Murhum. Selanjutnya perubahan nama Tahura ini menggunakan pendekatan kewilayahan saja. Maka sejak 31 Mei 2007 Perubahan nama Tahura Murhum menjadi Tahura Nipa-Nipa sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya Nipa-Nipa.

POSISI TAHURA NIPA-NIPA
Taman Hutan Raya Nipa-Nipa merupakan salah satu kawasan Pelestarian Alam Provinsi Sulawesi Tenggara seluas ±7.877,5 Ha (Kepmenhut No. 103/Kpts-II/1999 tanggal 1 Maret 1999). Tahura Nipa-Nipa ini merupakan Kawasan atas (upland) yang dibawahnya dikelilingi oleh pemukiman, teluk kendari, teluk lasolo dan laut banda .
Taman hutan raya Nipa-Nipa seluas 7.877,5 Ha terletak di Kabupaten Konawe seluas ±5.574,9 Ha dan Kota Kendari seluas ±2.302,6 Ha.  Setelah dilaksanakan penataan kawasan melalui pembagian blok, kawasan Tahura Nipa-Nipa terdiri atas 4 blok yaitu sebagai berikut:
  • Blok Perlindungan              =   3.319,2 Ha
  •  Blok Pemanfaatan              =   3.147,5 Ha
  •  Blok Koleksi Tanaman        =      699,5 Ha
  •  Blok Lainnya Tanaman       =      711,3 Ha
Keterangan :
-      Blok Perlindungan adalah bagian dari kawasan Tahura yang mutlak dilindungi dan pengunjung dilarang memasuki kecuali untuk kepentingan penelitian dan pengelolaan kawasan.
-     Blok pemanfaatan adalah bagian dari kawasan Tahura yang secara intensif diperuntukkan untuk kegiatan wisata, pengusahaan, pengelolaan dan pengembangan serta budidaya tanaman,
-     Blok Koleksi Tanaman adalah bagian dari kawasan Tahura yang secara intensif diperuntukkan untuk koleksi tumbuhan atau satwa yang alami atau bahan alami yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pnegetahuan, pendidikan, menunjang budidaya dan pariwisata.
-     Blok lainnya adalah zona di luar zona pemanfaatan karena fungsi dan kondisinya tetap sebagai zona tertentu, seperti pemanfaatan tradisional, rehabilitasi, dan sebagainya.
Letak : Tahura Nipa-Nipa terletak disebelah utara (up land) Teluk Kendari.  Secara geografis kawasan Tahura Nipa-Nipa terletak antara 03o54’05”-03o58’00” LS dan 122o29’38”-122o04’25”. Secara administratif terletak di Kecamatan Soropia, Kecamatan Lalonggasumeeto (Kabupaten Konawe) dan Kecamatan Kendari, Kendari Barat dan Mandonga (Kota Kendari).
Tanah: Jenis tanah di kawasan Tahura Nipa-Nipa seluruhnya terdiri dari asosiasi tanah Tropepts – Uduluts (Podsolik Merah Kuning).
Topografi : Kawasan Tahura Nipa-Nipa terletak pada ketingian 25 – 100 m dpl dengan topografi landai hingga sangat curam (bergunung).  Kemiringan lereng berkisar antara 8% sampai di atas 40%. 
Iklim: Berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmidt dan Fergusson kawasan Tahura Nipa-Nipa termasuk iklim tipe C dengan curah hujan tahunan rata-rata 2.592 mm.  Musim penghujan terjadi pada bulan November-Maret.  Bulan kering jatuh pada bulan Agustus – Oktober dengan suhu berkisar antara 19OC sampai 33OC dan kelembaban relatif 83%.
Hidrologi: Sungai-sungai yang mengalir di kawasan Tahura Nipa-Nipa dan bermuara di Teluk Kendari sebanyak 15 sungai. berikut hasil penelitian Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo pada bulan Juni 2009:
Data Debit Aliran Sungai Pada Sungai Yang Berasal dari Kawasan
Tahura Nipa-Nipa dan Bermuara ke Teluk Kendari
No.
Nama Sungai
C (mg/ltr)

Waktu Kecepatan Aliran Sungai (detik)
s (mtr)
V (m/dtk)
Kedalaman Air (m)
t1
t2
t3
t rata2
D1
D2
D rata2
1.
S. Sanua
0,416
67
63
43
57,67
5,7
0,10
0,07
0,09
0,08
2.
S. Mata
0,38
53
67
62
60,67
5,1
0,08
0,06
0,03
0,04
3.
S. Sorue
0,208
53
77
37
55,67
7,8
0,14
0,08
0,15
0,11
4.
S. Benu-Benua
0,254
42
37
33
37,33
16,2
0,43
0,05
0,06
0,06
5.
S. Monteleleo
0,222
36
45
25
35,33
4,6
0,13
0,04
0,05
0,05
6.
S. Mayaria
0,412
21
23
20
21,33
10,8
0,51
0,03
0,03
0,03
7.
S. Punggaloba
0,18
67
54
72
64,33
15,7
0,24
0,07
0,07
0,07
8.
S. Tapulaga
0,176
110
129
95
111,33
8,6
0,08
0,15
0,04
0,09
9.
S. Tipulu
1,029
29
34
35
32,67
13,2
0,40
0,04
0,05
0,05
10.
S. Amarilis
0,222
28
30
36
31,33
5,3
0,17
0,04
0,03
0,03
11.
S. Watu-Watu
0,132
20
25
25
23,33
8,2
0,35
0,02
0,12
0,07
12.
S. Kodya
1,888
14
13
15
14,00
4,48
0,32
0,03
0,03
0,03
13.
S. Solok
0,122
73
71
64
69,33
16
0,23
0,11
0,05
0,08
14.
S. Lasolo
0,154
49
40
46
45,00
10
0,22
0,08
0,09
0,08
15.
S. Lahundape
0,194
58
42
43
47,67
22
0,46
0,09
0,08
0,09
Sumber : Data Primer Diolah (Hasil Penelitian Fak. Pertanian Unhalu), Juni 2009
FUNGSI DAN TUJUAN TAHURA NIPA-NIPA
Taman Hutan Raya Nipa-Nipa, diharapkan mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan antara lain pemeliharaan tata air dan tangkapan air dalam rangka pencegahan banjir dan erosi serta pendangkalan pantai di bawahnya (Khususnya Teluk Kendari), pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta keunikan panorama alam yang dapat dimanfaatkan secara lestari untuk konservasi, koleksi, edukasi, rekreasi dan secara tidak langsung dapat meningkatkan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya serta menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Tenggara.
Mengingat tujuan keberadaan Tahura Nipa-Nipa tersebut sangat vital, maka memerlukan sentuhan pengelolaan yang tepat, terarah dan berorientasi pada kelestarian.  Oleh karena itu telah dirumuskan tujuan pengelolaan Taman Hutan Raya Nipa-Nipa sebagai berikut:
  •  Terjaminnya kelestarian fungsi kawasan hutan dan ekosistemnya
  •  Terbinanya koleksi tumbuhan dan satwa serta potensi sumber daya alam kawasan Taman Hutan Raya
  • Optimalnya manfaat Taman Hutan Raya untuk wisata alam, penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, menunjang bididaya, budaya bagi kesejahteraan masyarakat.
  • Terkelolanya Taman Hutan Raya Nipa-Nipa yang terpadu dan selaras dengan pengembangan wilayah.  Bersama Teluk Kendari, Tahura Nipa-Nipa dapat menjadi landmark  Kota Kendari (sebagai kota teluk dan bukit).
  • Terjaganya Taman Hutan Raya yang menjadi kebanggaan Provinsi Sulawesi Tenggara.
KOTA BUKIT & TELUK
Kota Kendari adalah ibukota propinsi Sulawesi Tenggara, merupakan salah satu kota yang indah karena posisinya terletak diantara Bukit Tahura Nipa-Nipa dengan Teluk Kendari, sehingga menjadi ciri tersendiri dan tepat diberi sebutan sebagai kota Teluk & Bukit.
Keberadaan Tahura Nipa-Nipa, Masyarakat Kota Kendari dapat menikmati perpaduan udara bukit dengan teluk yakni Bukit Tahura Nipa-Nipa menyumbangkan udara segar hasil produksi hutan dan Teluk Kendari menyumbangkan udara pantai yang sepoi-sepoi. Ahh… sungguh indah kota tempat tinggalku.

MASYARAKAT  dan TAHURA
Jasa-jasa Lingkungan
Berbagai manfaat yang disediakan oleh hutan melebihi nilai yang didapatkan dari hasil-hasi hutan. Sungai-sungai yang berhulu di Kawasan Tahura Nipa-Nipa  merupakan sumber air bagi masyarakat kota Kendari dan Kabupaten Konawe khususnya Kec. Soropia & Kec. Lalonggasummeto.  Hutan di Kawasan Tahura ini membantu melindungi pasokan air dengan menstabilkan tanah di lereng-lereng bukit dan mengatur laju dan kecepatan aliran sungai.
Masyarakat memanfaatkan air Tahura melalui pipanisasi yang dipasang masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan kelompok.  Bahkan di Kecamatan Kendari PDAM menggunakan sumber air dari kawasan tahura Nipa-Nipa.

Disamping jasa-jasa tersebut Kawasan Tahura Nipa-Nipa juga menyimpan jumlah karbon yang cukup besar, sebagai penyuplai jasa karbon bagi udara untuk kepentingan masyarakat secara luas. 

Interaksi KTPH dengan Hutan
Sebagian masyarakat secara langsung mengandalkan hidupnya pada kawasan Tahura Nipa-Nipa meskipun ketergantungannya belum dapat didefenisikan dengan pasti, antara lain Kendari terkenal dengan buah tangan berupa aneka kue dari biji mete /jambu monyet (Anacardium occidentale ) khas dari Sulawesi Tenggara. Paling dicari bagi para pengunjung ke Sulawesi Tenggara, baik dalam rangka wisata, ketemu sanak saudara dan handai taulan atau dalam rangka tugas.  Puncak konsumsi jambu mete pada saat akan lebaran dan natal.
Bicara soal stok bahan biji mete untuk memenuhi kebutuhan pasar, menjadi idola pekerjaan sampingan bagi masyarakat Kendari untuk berkebun Jambu mete, hampir di setiap kebun milik penduduk setempat terutama yang di pinggiran kota ± 75 % dihiasi pohon mete (Anacardium occidentale ) bahkan mulai merambah ke wilayah blok lainnya Tahura Nipa-Nipa.
Kekhasan Kota Kendari, mengantar kawasan Tahura Nipa-Nipa mengalami tekanan yang cukup berat dari masyarakat yang merambah hutan.  Perambah tersebut sebagian besar digunakan untuk berkebun dan pemukiman, hingga saat ini luas kawasan hutan Tahura yang sudah dirambah seluas ± 744,9 Ha.  Perambahan sudah terjadi sebelum terbentuk Balai Tahura Nipa-Nipa yaitu kurang lebih tahun 1997.  Wilayah perambahan yang terbesar adalah pada wilayah Kota Kendari khususnya pada blok lainnya, oleh karena itu wilayah ini menjadi fokus pembinaan dan pengendalian untuk kelestarian Tahura.
Masyarakat yang merambah kawasan Tahura Nipa-Nipa tersebut, saat ini masih dalam pembinaan dan terbentuk dalam suatu wadah kelompok tani yang disebut Kelompok Tani Pelestari Hutan (KTPH), hingga tahun 2010 yang terdaftar sebanyak 17 KTPH dengan luas areal olahan adalah 524,99 Ha.  Para KTPH ini, telah mengalami pembinaan dari para pihak antara lain LePMIL.  KTPH tersebut adalah sebagai berikut :


LOKASI
NAMA KTPH
Luas Olahan
Jumlah Anggota
KOTA KENDARI


      524,988
         1.030
KECAMATAN MANDONGA


       144,658
             113
1
Kelurahan Anggilowu
1
BINA BERSAMA
          41,377
38
2
Kelurahan Alolama
2
TUMBUH SUBUR
          17,931
21
3
Kelurahan Wawombalata
3
PUUPI
         39,890
30


4
MERAKAAHA
         45,460
24
KECAMATAN KENDARI BARAT


       242,883
442
1
Kelurahan Watu-Watu
5
SUBUR MAKMUR
          35,798
29
2
Kelurahan Kemaraya
6
SARUNGGA
          16,556
37


7
PUNCAK PALAPA
          58,527
36



BERSAMA INGIN MAJU


3
Kelurahan Benu-Benua
8
KAISESEHA
         36,666
46
4
Kelurahan Sodohoa
9
BUKIT SAWERIGADING

44
5
Kelurahan Punggaloba
10
PUNCAK PUNGGALOBA
          15,917
214
6
Kelurahan Tipulu
11
MEDUDULU
          67,883
36
7
Kelurahan Sanua
12
USAHA MAJU
          11,536

KECAMATAN KENDARI


       137,447
475
1
Kelurahan Gunung Jati
13
SOKADOLIHA
          39,158
207


14
NDAWI-DAWI
          29,621
132
2
Kelurahan Mangga Dua
15
POKADULUDUA
         20,526
42


16
KASEISEHA
          14,373
31


17
POKADULU SATU
          33,769
63
KABUPATEN KONAWE





POTENSI PENGEMBANGAN & PENGELOLAAN
Flora
Jenis-jenis pohon yang ditemukan pada kawasan ini antara lain : Damar (Shorea sp), Bolongita (Tetrameles nudiflora R. BR.), Ponto (Buchanania arborescens BL.), Bintangur (Calophillum canum Hook.f.), Eha (Castanopsis buruana BI.) P.&H.), Waru (Hibiscus tiliaceus LINN.), dan lain-lain.  Sedangkan tumbuhan semak yang ditemukan antara lain : Pakis-pakisan (Adiatum spp.), Hokio (Acronychia trifoliata BI.), Sisio (Cratoxylon formosum Jack Dyer.), Sabila (Timonius aticulosus Ridl.).  ditemukan juga beberapa jenis rotan (Calamus spp.) dan anggrek (Dendrobium spp.) (Anonimous, 1998).

CENDERAWASIH PUTIH DOMINASI DIANTARA 29 JENIS
Rekapitulasi hasil inventarisasi anggrek (Laporan TIM LIPI 2010) yang peroleh Tim LIPI selama di Tahura Nipa-Nipa tercatat sebanyak 29 jenis dengan rincian Epiphyte 20 jenis dan Geophyte 9 jenis.Diantara jenis-jenis tersebut yang mendominasi adalah Cymbidium finlaysonianum untuk habitat Epiphyte sedangkan yang berhabitat Geophyte didominasi oleh anggrek cenderawasih putih (Habenaria af medusa).Perlu diketahui pula bahwa keseluruhan jenis terindikasi pada populasi tingkat rendah dan pada umumnya banyak dijumpai pada lereng-lereng yang agak terjal serta pinggiran sungai didalam kawasan.Seperti halnya anggrek bulan putih yang disebut diatas,anggrek cenderawasih putih inipun pernah Penulis temukan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara .


 Fauna
Jenis-jenis satwa yang terdapat di kawasan Tahura Nipa-Nipa adalah dari jenis mamalia antara lain anoa (Bubalus depressicomis Smith.), rusa (Cervus timorensis Muller & Schlegel), kus-kus (Phalanger spp.) monyet (Macaca muculata fascilaris Rafles), bajing (Callosciurus rotatus Boddaert) dan babi hutan (Sus sp).  Dari jenis satwa reptilia adalah biawak (Veranus salvator Laurentus), ular phyton (Phyton reticulatus (Schneider)) serta jenis ular lainnya yang belum teridentifikasi.  Sedangkan dari jenis aves dapat ditemukan antara lain merpati hutan (Turcoena manadensis), Kupu-Kupu & Jenis Capung.



Peseona Wisata Alam
Rekreasi biasa dilakukan ditempat-tempat hiburan seperti taman hiburan, bioskop dan akhir-akhir ini marak berekreasi di mal-mal. Namun tidak sedikit masyarakat yang ingin mencari kesenangan di alam terbuka (out door recreation) dengan menikmati udara segar, pemandangan indah dan suasana alam yang nyaman, serta menikmati bentang alam yang mempesona. Setiap orang mempunyai tingkat kesukaan yang berbeda terhadap daerah yang menjadi daya tariknya. Hal ini menyebabkan kebutuhan masyarakat akan wisata jadi meningkat.
Kawasan Taman Hutan Raya Nipa-Nipa memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan sebagai tempat wisata dan rekreasi dengan pengelolaan sebagai paket  wisata pada obyek-obyek disekitar kawasan, yang dapat dikemukakan sebagai berikut ;
Air Terjun sungai Lahundape di Kemaraya
Air terjun Sungai Lahundape merupakan salah satu obyek wisata potensial untuk dikelola dan dikembangkan. Lokasi air terjun ini berdekatan dengan Puncak Lahundape & Bumi Perkemahan. 

Dapat dijangkau dengan berjalan kaki selama ±1,5 Jam perjalanan melalui lorong di Depan Rumah Sakit PMI Kendari atau melalui lorong Amarilis. Kondisi air terjun saat ini adalah cukup baik dengan ketinggian ± 15 Meter dan di depan air terjun tersebut ada kolam berdiameter ± 250 m2 .
Puncak Lahundape/Viktoria & Bumi Perkemahan
Dapat dijangkau melalui lorong kodya dengan berjalan kaki ± 30 menit.  Pada Puncak Viktoria dapat disaksikan pemandangan panorama Kota Kendari dan kawasan Tahura Nipa-Nipa.  Kawasan ini diperuntukkan sebagai area bumi perkemahan dengan nama sementara Bumi Perkemahan Lahundape, ke depan akan disiapkan sarana parasaran antara lain lapangan parkir, camping ground, menara dll.


Kompleks Wisata Alam Alolama (Sungai Korumba-Sungai Belanda)
Tepatnya di Kelurahan Alolama Kecamatan Mandonga Kota Kendari, terdapat obyek wisata alam yang sangat berpotensi untuk dikelola dan dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata Alam Taman Hutan Raya Nipa-Nipa.  Kawasan ini belum ada sentuhan pengelolaan yang berarti, meskipun saat ini obyek wisata ini sudah ramai di kunjungi.  Obyek yang perlu segera mendapat sentuhan pengelolaan adalah sebagai berikut :
a)    Kolam Permandian Sungai Korumba
Kolam Permandian ini tepatnya berada pada aliran sungai korumba.  Kolam ini, sudah ramai dikunjungi karena disamping obyek pemandangan & kolamnya, juga dengan mudah dijangkau oleh masyarakat Kota Kendari. Jarak dari pemukiman warga ± 350 meter. Kolam permandian ini, luasnya ± 15 x 20 meter.

b)    Panorama aliran air sungai Korumba
Disamping kolam permandian, juga dapat dinikmati panorama aliran air dan bunyi gemercik sungai korumba.

c)    Pertemuan Sungai Korumba dengan Sungai Belanda
Pada lokasi ini, terdapat pertemuan sungai antara sungai korumba dan sungai Belanda.  Pertemuan sungai merupakan daya tarik tersendiri yang dapat dinikmati diwilayah ini.

d)    Situs Bak Penampungan Air Belanda
Di Sungai Belanda, dijumpai Bak Penampungan air.  Menurut warga sekitar Alolama bahwa Bak tersebut dibangun pada Jaman Belanda.

e)    Air Terjun Sungai Belanda
Di sungai Belanda, juga dijumpai beberapa air terjun yang dapat dikelola sebagai satu kesatuan dengan obyek lain, sehingga menjadi wilayah wisata alam yang menarik dengan beragam obyek.

Bukit Tri Kora di Kelurahan Mangga Dua
Lokasi ini adalah lokasi di sekitar pertemuan KTPH  (saat ini sudah ada 3 rumah atau tempat pertemuan warga) ketinggian Bukit ini adalah ± 150 Dpl. Walaupun ketinggian bukit relatif rendah, namun kita dapat melihat panorama Kota Kendari dengan sangat indah termasuk Pantai Nambo serta Mulut Teluk Kendari (termasuk Pulau Hari dan Bokori) dengan sangat jelas.

Lokasi Air Terjun & Kolam Permandian Benu-Benua
Lokasi ini berada di kelurahan Mangga Dua.  Searah dengan aliran sungai dan atau tempat jatuhnya air, dibendung dengan DAM Penahan.  Bendungan ini, terwujud kolam permandian. 

Lokasi ini dapat dijangkau dengan jalan kaki ± 2.200 meter, disamping kolam dan air terjunnya juga sangat bagus untuk lokasi wisata alam berupa panjat tebing.
Wisata Peninggalan sejarah Meriam Portugis
Meriam ini merupakan peninggalan Portugis yang teletak di bukit Tasad diesa Tanasa, Toli-toli (± 400 mdpl). Menuju ke lokasi meriam melalui desa Tanasa, perjalanan ditempuh ± 2 jam, medan yang dilalui cukup sulit karena topografi cukup tinggi.  Akan tetapi jika sudah sampai di lokasi meriam, rasa penat yang terasa dalam perjalanan akan hilang setelah menyaksikan pemandangan yang sangat indah kea rah laut banda dan teluk lasolo.

Masih banyak pesona obyek wisata yang lain, yang belum terindentifikasi dengan jelas antara lain ; Air terjun Sadi di Mangga Dua, air terjun Toronipa, air jatuh sungai Mandonga dll.

LEMBAGA PENGELOLA TAHURA NIPA-NIPA
Sebagai bentuk komitmen tanggung jawab Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara menerima kewenangan pengelolaan Tahura, maka lahirlah Perda No. 5 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya Nipa-Nipa sebagai hasil inisiasi DPRD Prov. Sultra, Dinas Kehutanan Prov. Sultra, LSM serta para Stakeholder terkait. Perda ini disamping mengatur aspek Pengelolaan Tahura juga merubah Nama Taman Hutan Raya Murhum menjadi Taman Hutan Raya Nipa-Nipa.
 Dari Kiri : Ir. Abd. Latif; Rustam BR,SP.,MP; H. Haeruddin,S.Ag; Ir.H.Ansar; WD.Kusmawati; LD. Aludi; Bediri dari Kanan: Muh.Ulu Sultra,S.Hut; Hariyanto Hafid; Muh.Alwi; Halomoan Silalahi,SH; Sunardin,SH; Suhardi Hariki; La Haliki; AG.Manahutu; Sangkeus.

Menindaklanjuti Perda tersebut dikeluarkan Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 16 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Taman Hutan Raya Nipa-Nipa,  pada tanggal 20 Nopember 2008, dilantik pejabat Balai Tahura Nipa-Nipa.  Selanjutnya pada tanggal 10 September 2009 dilantik kembali pejabat baru Balai Tahura Nipa-Nipa yaitu Ir. H. Ansar sebagai Kepala Balai.
Berdasarkan tugas dan fungsi Balai Taman Hutan Raya Nipa-Nipa, maka visi Balai Taman Huta Raya Nipa-Nipa dalam penyelenggaraan pengelolaan Taman Hutan Raya Nipa-Nipa adalah:
” Taman Hutan Raya Nipa-Nipa Lestari Untuk Menyangga Lingkungan dan Kesejahteraan Masyarakat Kota Kendari & Kabupaten Konawe yang Berkeadilan ”
Untuk mewujudkan visi di atas, maka misi dan tujuan masing-masing misi, ditetapkan sebagai berikut:
1.     Memantapkan kepastian status kawasan Tahura serta kualitas data dan informasi Tahura Nipa-Nipa. Misi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepastian kawasan Tahura sebagai dasar penyiapan prakondisi pengelolaan sumberdaya hutan secara lestari.
2.     Meningkatkan Pengelolaan Kawasan Tahura Nipa-Nipa secara lestari untuk memperkuat kesejahteraan rakyat sekitar hutan dan keadilan berusaha. Misi tersebut bertujuan untuk meningkatkan optimalisasi pengelolaan kawasan Tahura.
3.     Memantapkan penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam. Misi tersebut bertujuan menurunkan gangguan keamanan hutan, jasa lingkungan dan hasil hutan dalam penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam.
4.     Memelihara dan meningkatkan fungsi dan daya dukung tata air/hidrologi kawasan Tahura, sehingga dapat meningkatkan optimalisasi fungsi ekologi, ekonomi dan sosial Tahura. Misi ini bertujuan meningkatkan kondisi, fungsi dan daya dukung tata air/hidrologi kawasan Tahura Nipa-Nipa, sehingga dapat mengurangi resiko bencana alam, dan dikelola secara berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5.     Meningkatkan ketersediaan produk teknologi dasar dan terapan serta kompetensi SDM dalam mendukung penyelenggaraan pengurusan Tahura secara optimal. Misi ini bertujuan untuk menyediakan informasi ilmiah dalam pengelolaan hutan lestari, baik dalam tatanan perumusan kebijakan maupun kegiatan teknis pengelolaan hutan di lapangan, serta tersedianya SDM kehutanan yang profesional melalui pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan kehutanan.
6.     Memantapkan kelembagaan penyelenggaraan tata kelola Balai Tahura Nipa-Nipa. Tujuan utama misi ini adalah penyediaan perangkat peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan Tahura lestari, peningkatan penerimaan daerah & negara dan terlaksananya tertib administrasi pada Balai Tahura Nipa-Nipa.

Penulis : Kepala Seksi Pengembangan & Perlindungan Tahura Nipa-Nipa Prov. Sultra (Rustam BR,SP.,MP) , diposkan 25 Mei 2011.